Sabtu, 27 April 2019

TIPS MEMBUKA HATI DAN MERAIH SIMPATI



(Oleh : Ust. Syihabuddin Syifa’)

Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an
“ ...dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, Ialu Allah mempersatukan hati kalian sehingga karena níkmatnya kalian menjadi saling bersaudara". (QS. Ali Imron : 103).

Sebagai karakter dari hasil tarbiyah dan takwin, seorang muslim hendaknya senantiasa berputar dan menjalani hidup dalam bingkai dan lingkup amaI-amal sholeh yang membawanya betul-betul dekat dengan Allah serta membukakan rasa mencintai di hati manusia. Di antara amal-amal sholeh itu ada beberapa hal yang membuat hati terpesona dan terbuka untuk mencintai serta jauh dari rasa dengki, dendam dan kebencìan. Hal yang dimaksud adalah seperti berikut :

1.       Menyebarkan kebaikan ditengah masyarakat agar setiap pihak yang memiliki kemampuan, untuk ikut serta dan ambil bagian tanpa ada rasa saling berbangga-bangga dan íngin mendapat popularitas. Hal ini terkait dengan universalitas sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Barang. siapa menunjukkan pada kebaikan maka baginya sepadan pahala orang yang melakukannya (HR. Muslim) dan “ Tidak sempuma iman salah seorang dari kalian seingga mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri (Hadlts‘ Muttafaq alaih).
2.       Bersikap memudahkan (taysir) dalam segala urusan. Sebab sikap inilah yang menjadikan seorang hamba mendapatkan keridloan. Allah Subhanahu wata’ala berfîrman “Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan Dia tidak menginginkan kesulitan bagikalian”. (QS. AI Baqarah: 185). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ Ajarkanlah (yang kalian ketahui) permudahlah dan jangan mempersulit, jika salah seorang dari kalian marah maka hendaklah ia diam" (HR. Bukhori datam kitab al adabul mufrod).
Sesungguhnya mempersulit dan membuat semua urusan menjadi rumit merupakan sikap yang tidak menampak kecuali pada diri orang-orang yang bermoral labil, berkarakter keras dan kikir. Serta adanya kesalahan atau kekurangan dalam menjalani tarbiyah suluknya, ini berbeda dengan seorang muslim yang terbina dengan baik maka sama sekali ia tidak mengenal membuat urusah menjadi repot, enggan dengan kerumitan dan tidak menjadi penghalang kelancaran urusan dan kebaikan, karena mengambil petunjuk dari akhlaq Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana diriwayatkan oleh Sayidah ‘Aisyah ra : “Rosulullah shollahu ‘alaîhi wasallam tidak pernah sekalipun diminta memilih dua perkara kecuali memilíh yang paling muda diantaranya (tentu saja) selama itu tidak dosa, jíka dosa maka beliau adalah manusia yang paling menjauh". (Muttafaqun ‘alaih).
3.       ldkholIus surur, berusaha membuat hati orang senang. Seorang pribadi yang terbina tentu memiliki semangat tinggi menyebar kegembiraan dalam lingkungan tempat tinggalnya. Menciptakan kedamaian, sikap saling memberi perhatian dan kasih sayang. Sunnguh betapa banyak aktifitas yang dilakukan oleh seorang muslim untuk bisa menyenangkan saudaranya. Misalnya ucapan yang baik, senyum memikat, pergaulan yang baik, kabar gembira, kunjungan dan pemberian yang tulus, membagi—bagi makanan, saling memberi hadiah dan mengobati kekecewaan (jabrul khotir) dll. Karena itulah islam memberi janji kegembiraan yang lebih besar pada hari kiamat kepada siapa saja kepada orang lain. Sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam : “Barang siapa yang bertemu dengan saudaranya yang muslim (membawa) sesuatu yang disukai Allah semata untuk menyenangkan saudaranya, maka kelak dihari kiamat mendapat kesenangan dari Allah“. (HR. Thobroni dalam As Shoghir dengan sanad hasan).
4.       Berbaur dan bersabar jika disakiti. Dalam kalam Hikmah dikatakan : “ Manusia itu bermacam-macam". Hal itu karena model dan warna manusia tidak selamanya sesuai dengan watak, kecenderungan dan keinginan seorang da’i. Disana banyak sekali tipikal manusia yang kontras dengan keinginan dan harapan da’i. sungguh manusia cenderung memusuhi sesuatu yang tidak mereka mengerti. Karena itulah seorang da'! harus bersabar disakiti, bersikap luwes dalam bergaul, beradabtasi (mudaroh), mengantisipasi keburukan serta tetap mengarahkan obyek dakwah kepada kebenaran yang ia perjuangkan. Tak boleh bersikap keras dan kasar sebab ia adalah pemegang peranan (shohib kodliyah), pengawal rlsalah(Roid risalah) dan penyampaì dakwah, tìdak ada alasan untuk mengisolir diri dan menjauh diri dari khalayak meski jiwa tertindih kebosanan, perasaan sulit dan kepayahan. Karena itu semua, guna menguatkan hati dan meneguhkan kaki maka petunjuk Nabi shollahu ‘alaihi wasallam menyatakan : Bahwa orang yang tabah berjalan di jalan dakwah Iebih baik dari orang yang tidak tabah. “ Seorang mukmin yang berbaur dan bersabar disakiti orang Iebih baik dari pada orang yang tidak berbaur dan tidak sabar disakiti". (HR. Bukhori dalam adabul mufrod). Abu Darda’ ra berkata : “Sesungguhnya kami selalu tersenyum dihadapan suatu kaum meski sebenarnya hati kami melaknat mereka. (HR. Bukhori).
Betapa seorang da’l sangat butuh untuk berdiri dan berteduh dibawah naungan arahan Nabi shallahu ‘alaihi wasallam (taujihat Nabawiyah) diatas dalam rangka membuka hati manusia (obyek dakwah) serta dalam meraih simpati dan mahabbah dari mereka sebagai perwujudan do’a yang harus dibarengi dengan usaha nyata. " ....dan jadikanlah saya dicintaì dalam hati para hamba-Mu, mulia dalam pandangan mereka. Miliki kedudukan didunia dan akhirat dan jadikanlah saya termasuk sebagai muqorrobin (yang paling dekat dengan Allah).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar