(Oleh : Ust.
Syihabuddin Syifa’)
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an
“ ...dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu
(masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, Ialu Allah mempersatukan hati kalian sehingga
karena níkmatnya kalian menjadi saling bersaudara". (QS. Ali Imron : 103).
Sebagai karakter dari hasil tarbiyah dan takwin, seorang
muslim hendaknya senantiasa berputar dan menjalani hidup dalam bingkai dan
lingkup amaI-amal sholeh yang membawanya betul-betul dekat dengan Allah serta membukakan
rasa mencintai di hati manusia. Di antara amal-amal sholeh itu ada beberapa hal
yang membuat hati terpesona dan terbuka untuk mencintai serta jauh dari rasa dengki,
dendam dan kebencìan. Hal yang dimaksud adalah seperti berikut :
1.
Menyebarkan kebaikan ditengah masyarakat agar setiap
pihak yang memiliki kemampuan, untuk ikut serta dan ambil bagian tanpa ada rasa
saling berbangga-bangga dan íngin mendapat popularitas. Hal ini terkait dengan
universalitas sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam : “Barang. siapa
menunjukkan pada kebaikan maka baginya sepadan pahala orang yang melakukannya
(HR. Muslim) dan “ Tidak sempuma iman salah seorang dari kalian seingga
mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri (Hadlts‘ Muttafaq alaih).
2. Bersikap
memudahkan (taysir) dalam segala urusan. Sebab sikap inilah yang menjadikan
seorang hamba mendapatkan keridloan. Allah Subhanahu wata’ala berfîrman “Allah
menghendaki kemudahan bagi kalian dan Dia tidak menginginkan kesulitan bagikalian”.
(QS. AI Baqarah: 185). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “
Ajarkanlah (yang kalian ketahui) permudahlah dan jangan mempersulit, jika salah
seorang dari kalian marah maka hendaklah ia diam" (HR. Bukhori datam kitab
al adabul mufrod).
Sesungguhnya mempersulit dan
membuat semua urusan menjadi rumit merupakan sikap yang tidak menampak kecuali pada
diri orang-orang yang bermoral labil, berkarakter keras dan kikir. Serta adanya
kesalahan atau kekurangan dalam menjalani tarbiyah suluknya, ini berbeda dengan
seorang muslim yang terbina dengan baik maka sama sekali ia tidak mengenal
membuat urusah menjadi repot, enggan dengan kerumitan dan tidak menjadi
penghalang kelancaran urusan dan kebaikan, karena mengambil petunjuk dari akhlaq
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana diriwayatkan oleh Sayidah
‘Aisyah ra : “Rosulullah shollahu ‘alaîhi wasallam tidak pernah sekalipun
diminta memilih dua perkara kecuali memilíh yang paling muda diantaranya (tentu
saja) selama itu tidak dosa, jíka dosa maka beliau adalah manusia yang paling
menjauh". (Muttafaqun ‘alaih).
3. ldkholIus
surur, berusaha membuat hati orang senang. Seorang pribadi yang terbina tentu
memiliki semangat tinggi menyebar kegembiraan dalam lingkungan tempat
tinggalnya. Menciptakan kedamaian, sikap saling memberi perhatian dan kasih
sayang. Sunnguh betapa banyak aktifitas yang dilakukan oleh seorang muslim
untuk bisa menyenangkan saudaranya. Misalnya ucapan yang baik, senyum memikat, pergaulan
yang baik, kabar gembira, kunjungan dan pemberian yang tulus, membagi—bagi
makanan, saling memberi hadiah dan mengobati kekecewaan (jabrul khotir) dll. Karena
itulah islam memberi janji kegembiraan yang lebih besar pada hari kiamat kepada
siapa saja kepada orang lain. Sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam : “Barang
siapa yang bertemu dengan saudaranya yang muslim (membawa) sesuatu yang disukai
Allah semata untuk menyenangkan saudaranya, maka kelak dihari kiamat mendapat
kesenangan dari Allah“. (HR. Thobroni dalam As Shoghir dengan sanad hasan).
4. Berbaur
dan bersabar jika disakiti. Dalam kalam Hikmah dikatakan : “ Manusia itu
bermacam-macam". Hal itu karena model dan warna manusia tidak selamanya sesuai
dengan watak, kecenderungan dan keinginan seorang da’i. Disana banyak sekali
tipikal manusia yang kontras dengan keinginan dan harapan da’i. sungguh manusia
cenderung memusuhi sesuatu yang tidak mereka mengerti. Karena itulah seorang
da'! harus bersabar disakiti, bersikap luwes dalam bergaul, beradabtasi
(mudaroh), mengantisipasi keburukan serta tetap mengarahkan obyek dakwah kepada
kebenaran yang ia perjuangkan. Tak boleh bersikap keras dan kasar sebab ia
adalah pemegang peranan (shohib kodliyah), pengawal rlsalah(Roid risalah) dan penyampaì
dakwah, tìdak ada alasan untuk mengisolir diri dan menjauh diri dari khalayak
meski jiwa tertindih kebosanan, perasaan sulit dan kepayahan. Karena itu semua,
guna menguatkan hati dan meneguhkan kaki maka petunjuk Nabi shollahu ‘alaihi
wasallam menyatakan : Bahwa orang yang tabah berjalan di jalan dakwah Iebih
baik dari orang yang tidak tabah. “ Seorang mukmin yang berbaur dan bersabar
disakiti orang Iebih baik dari pada orang yang tidak berbaur dan tidak sabar
disakiti". (HR. Bukhori dalam adabul mufrod). Abu Darda’ ra berkata : “Sesungguhnya
kami selalu tersenyum dihadapan suatu kaum meski sebenarnya hati kami melaknat
mereka. (HR. Bukhori).
Betapa
seorang da’l sangat butuh untuk berdiri dan berteduh dibawah naungan arahan
Nabi shallahu ‘alaihi wasallam (taujihat Nabawiyah) diatas dalam rangka membuka
hati manusia (obyek dakwah) serta dalam meraih simpati dan mahabbah dari mereka
sebagai perwujudan do’a yang harus dibarengi dengan usaha nyata. " ....dan
jadikanlah saya dicintaì dalam hati para hamba-Mu, mulia dalam pandangan mereka.
Miliki kedudukan didunia dan akhirat dan jadikanlah saya termasuk sebagai
muqorrobin (yang paling dekat dengan Allah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar